Shinee - Taemin

ANALISIS CERITA LUKISAN KALIGRAFI

  



1. Alur dan Pengaluran

            Cerpen “Lukisan Kaligrafi” mengisahkan tentang kehidupan seorang ustadz dan suatu lukisan kaligrafi yang berbentuk huruf alif, yang maknanya tak diketahui baik pada pelukisnya maupun pada para pencinta lukisan yang melihatnya. Ustadz Bachri, seorang pelukis itu, pada suatu hari kedatangan kawan lamanya yang bernama Hardi, seorang seniman yang berprofesi sebagai seorang pelukis dimana hasil lukisannya selalu mengikuti trend sehingga dapat laku mahal di pasaran. Disamping bersilaturahmi, Hardi juga memperbincangkan masalah kaligrafi. Dalam pembicaraan Hardi mengenai kaligrafi, terbesit rasa kaget dalam benak Ustadz Bachri karena meskipun kawannya itu sudah terbiasa melukis kaligrafi, namun tak sedikitpun yang ia ketahui mengenai aturan- aturan dalam penulisan kath Arab. Setelah usai bercerita, Hardi berpamitan untuk pulang. Namun Hardi terkejut melihat “sebuah kertas yang bertuliskan huruf Arab yang tertempel diatas pintu”.
Setelah mendengar penjelasan dari Ustadz Bachri mengenai kertas yang bertuliskan huruf Arab tersebut, Hardi mengajak Ustadz Bachri untuk mau ikut pameran lukisan kaligrafi yang diadakan oleh Hardi dan pelukis-pelukis lainya. Awalnya Ustadz Bachri tidak mau ikut, tapi ia melihat bahwa seorang yang tak mengerti dengan aturan-aturan huruf Arab saja bisa melukis kaligrafi, akhirnya dengan bermodalkan tekad yang kuat dan pengetahuan-pengetahuan mengenai huruf Arab, ustadz Bachri pun mau ikut dalam pameran tersebut. Ustadz Bachri selalu memilih waktu tengah malam apabila hendak melukis karena merasa baru bergelut dibidang melukis jadi ada rasa malu di benaknya bila ada orang yang hendak melihatnya melukis. Istri dan anak Ustadz Bachri tidak mengerti dengan perubahan sikap ustadz Bachri yang tiba-tiba ingin melukis, namun perubahan sikap yang positif tersebut didukung oleh istri dan anaknya sehingga mereka sering memberikan dorongan kepada Ustadz Bachri agar dapat menyelesaikan lukisan tersebut dengan baik dan tepat waktu.
Hari berganti hari Ustadz Bachri selalu berusaha membuat lukisan agar dapat di pajang dalam pameran lukisan. Hingga sampai pada hari yang telah ditentukan, datanglah seorang kurir yang hendak mengambil lukisan Ustadz Bachri yang akan di bawah ke pameran lukisan. Ustadz Bachri tidak ingin memberitahukan harga lukisan yang dibuatnya, saat kurir tersebut mempertanyakan mengenai harga lukisannya. Dalam hati, Ustadz Bachri merasa malu ketika memberikan bungkusan lukisan kepada kurir tersebut ia berpikir bahwa tidak akan ada seorang pun yang akan menoleh untuk melihat lukisan yang telah di buatnya dengan susah payah.
Cerita pendek ini di bangun oleh beberapa sekuen, yakni sebagai berikut:
  1. Ustadz Bachri dikunjungi sahabat lamanya yang bernama Hardi( seorang pelukis) yang hendak bersilaturahmi.
  2. Hardi datang bersilaturahmi dan berbicara mengenai kaligrafi.
  3.  Kekagetan Ustadz Bachri atas ketidaktahuan Hardi mengenai aturan-aturan khat Arab.
  4. Hardi pelukis yang asal melukis.
  5. Ustadz Bahri senangtelah diberi pengetahuan mengenai kesenian
  6. ketidaksukaan Ustadz Bachri atas sikap Hardi yang sok tahu.
***
  1.  Hardi berpamitan pulang dan Ustadz Bachri mengantar sampai pintu.
  2. keterkejutan Hardi melihat kertas yang ada di atas pintu.
  3. Hardi bertanya pada Ustadz Bachri mengenai tulisan yang ada di kertas tersebut.
  4. Ustadz Bachri menjelaskan asal-usul dan maksuk tulisan yang ada di kertas tersebut.
  5. Hardi mengajak Ustadz Bachri untuk ikut pameran lukisan kaligrafi.
  6. Ustadz Bachri mengiyakan ajakan Hardi.
  7. Hardi pulang setelah mengajak Ustadz Bachri.
***
  1. Ustadz Bachri pergi ke kota membeli perlengkapan menulis
  2. Istri dan anak Ustadz Bacri heran mendengan niat melukisnya.
  3. mereka membersihkan gudang untuk sanggar melukis.
  4. Ustadz Bachri suka melukis pada saat tengah malam.
  5. Muncul keputusasaan di hati Ustadz Bachri.
  6. Ustadz Bacri berusaha menyelesaikan satu lukisan untuk ikut pameran.
  7. kurir kiriman Hardi datang mengambil lukisan Ustadz Bacri
  8. Kurir menanyakan judul dan harga lukisan.
  9. Ustadz Bachri pasrah dengan apa yang akan diperbuat Hardi atas lukisannya.
***
  1. Ustadz Bachri datang ke pameran dengan rasa kurang percaya diri.
  2. Ustadz Bacri mencari pajangan lukisannya.
  3. Ustadz Bachri datang ke tempat Hardi.
  4. Mendadak Hardi memperkenalkan Ustadz Bachri kepada pengunjung.
  5. Ustadz Bachri terkejut karena ternyata lukisannya dikerumuni banyak orang.
  6. Ustadz Bachri kaget melihat juduldan harga lukisannya.
  7. Kolektor memberi pujian pada Ustadz Bachri.
  8. Muncul ketidakpahaman dipikiran Ustadz Bachri.
  9. Para wartawan memotret dan memberi pertanyaan kepada Ustadz Bachri.
  10. Semua media masa m,emuat berita tentang Ustadz Bachri dan lukisannya.
  11. Ustadz Bachri mendadak terkenal.
***
  1. Istri dan anak Ustadz Bachri bertanya perihal tentang kejadian yang menimpa Ustadz Bachri.
  2. Istri Ustadz Bachri berprasangka bahwa suaminya memakai ilmu.
  3. Ustadz Bachri menceritakan semua asal-ususl kejadian tersebut.
  4. Ingatan Ustadz Bachri tentang Hardi yang memaksanya untuk ikut pameran.
  5. Ustadz Bachri bercerita kembali.
  6. Injgaan Ustadz Bahri tentang pameran kaligrafi belasan tahun lalu.
  7. Ustadz Bachri memperbaiki posisi duduknya saat melanjutkan cerita.
  8. ingatan Ustadz Bachri saat menulis huruf alif.
  9. Istri Ustadz Bachri bertanya lagi mengenai ilmu apa yang ia gunakan.
  10. Ustadz Bachri menjelaskan semua kejadiannya kembali dengan jelas.
  11. Istri dan anak Ustadz Bachri tidak bertanya-tanya lagi saat mendengar semua penjelasan dari Ustadz Bachri.
Kini sampai pada penentuan fungsi utama (FU). Urutan fungsi utama cerpen “Lukisan Kaligrafi” adalah sebagai berikut:

  1. Ustadz Bachri di kunjungi Hardi yang datang bersilaturahmi.
  2. Hardi berbincang-bincang kepada Ustadz Bachri mengenai lukisan kaligrafi.
  3. kekagetan Ustadz Bachri terhadap pengetahuan Hardi atas huruf kaligrafi.
  4. Hardi pamit pulang dan diantar sampai depan pintu oleh Ustadz Bachri.
  5. Hardi bertanya pada Ustadz Bachri mengenai tulisan dikertas yang ada di depan pintu.
  6. Ustadz Bachri memberi penjelasan yang membuat Hardi kagum.
  7. Ustadz Bachri diajak ikut pameran lukisan kaligrafi.
  8. Ustadz Bacri tidak percaya dengan kemampuan melukisnya dan tetap mengiyakan karena rasa tertantang.
  9. Ustadz Bachri membeli peralatan melukis.
  10. Ustdz Bachri melukis saat tengah malam.
  11. Rasa heran terlintas di benak istri dan anak Ustadz Bachri dan tetap mendukung.
  12. Putus asa menyelimuti Ustadz Bachri.
  13. Ustadz Bachri menyelesaikan satu lukisan.
  14. Kurir datang meminta lukisan Ustadz Bachri.
  15. Rasa tidak percaya diri membuat Ustadz Bachri tidak memberi judul dan harga pada lukisannya.
  16. Ustadz Bachri pergi ke pameran lukisan kaligrafi.
  17. Ustadz Bachri putus asa mencari letak pajangan lukisannya.
  18. Hardi memanggil dan memperkenalkan Ustadz Bachri pada para pengunjung.
  19. Hardi memberi judul dan harga pada lukisan Ustadz Bachri.
  20. Ustadz Bachri menjadi terkenal karena keunikan lukisannya.
  21. Istri dan anak Ustadz Bachri mempertanyakan keajaiban yang menimpa Ustadz Bachri.
  22. Ustadz Bachri menjelaskan dengan sangat jelas pada istri dan anaknya perihal keajaiban yang menimpanya.

Bagan berikut ini menggambarkan hubungan fungsi-fungsi utama cerita “Lukisan Kaligrafi”.



         Ustadz Bachri dikunjungi kawan lamanya yang bernama Hardi (FU I). Disamping bersilaturahmi, Hardi juga membicarakan soal kaligrafi pada Ustadz Bachri (FU 2). Ustadz Bachri kaget saat mengetahui Hardi tidak mengenal aturan-aturan khat Arab (FU 3). Usai bersilaturahmi, Hardi pamit pulang dan diantar oleh Ustadz Bachri sampai depan pintu (FU 4). Hardi terpana dan mempertanyakan kertas di pintu yang bertuliskan kaligrafi (FU 5). Ustadz Bachri menjelaskan cara membuatnya (FU 6). Setelah mendengar penjelasan dari Ustadz Bachri, Hardi kemudian mengajak Ustadz Bachri untuk ikut dalam pameran lukisan kaligrafi (FU 7). Ustadz Bachri tidak peraya dengan kemampuan melukisnya karena memang selama ini ia sama sekali tidak pernah melukis, namun Ustadz Bachri tetap mengiyakan karena rasa tertantang  (FU 8).
         Mengetahui dirinya akan melukis, Ustadz Bachri pergi ke kota untuk membeli perlengkapan melukis (FU 9). Karena rasa kurang percaya diri serta malu, Ustadz Bachri memutuskan untuk melukis pada tengah malam (FU 10). Melihat sikap Ustadz Bachri yang berubah, istri dan anak Ustdadz Bachrikeheranan dibuatnya, tapi keduanya mendukung perubahan positif yang telah dialami oleh Ustadz Bachri (FU 11). Sudah lama berselang namun lukisan yang hendak di lukis belum juga selesai hingga membuat Ustadz Bachri berputus asa (FU 12). Namun, karena semangat dan tekad yang kuat akhirnya Ustadz Bachri dapat menyelesaikan satu buah lukisan yang akan dibawah di pameran lukisan kaligrafi (FU 13). Esok harinya, datang seorang kurir suruhan Hardi yang hendak mengambil lukisan Ustadz Bachri, sebelum pergi kurir tersebut mempertanyakan judul dan harga yang ditawarkan oleh Ustadz Bachri (FU 14). Akibat rasa kurang percaya dirinya, Ustadz Bachri sengaja tidak memberi judul dan harga pada lukisannya (FU 15). Rasa keingintahuan ternyata telah mendorong Ustadz Bachri untuk pergi ke pameran lukisan kaligrafi (FU 16 ). Setibanya disana, Ustadz Bachri kembali muncul rasa kecil hati saat tidak melihat pajangan lukisannya (FU 17).
          Belum usai rasa kecil hatinya, Ustadz Bachri kemudian dipanggil oleh Hardi dan diperkenalkan ke para pengunjung (FU 18). Hardi kemudian memberitahu bahwa ia telah memberikan judul dan harga pada lukisannya, dan tak di sangka-sangka lukisan Ustadz Bachri laku dengan sangat mahal (FU 19). Mendadak Ustadz Bachri menjadi terkenal karena lukisannya sendiri, lukisan yang semula ia tidak yakin akan di pajang dan di lirik orang (FU 20). Melihat keajaiban yang dialami oleh oleh Ustadz Bachri, istri dan anak Ustadz Bachri menjadi heran dan mempertanyakannya (FU 21). Ustadz Bachri pun menjelaskan kepada istri dan anaknya perihal keajaiban yang di alaminya, meskipun Ustadz Bahri sendiri juga tidak mengeri dengan keajaiban yang di alaminya (FU 22).


2. Tokoh

         Tokoh utama cerita ini adalah Ustadz Bachri. Tokoh ini tidak diceritakan secara gamblang mengenai pekerjaan serta riwayat hidupnya. Namun, dilihat darinamanya sudah pasti ia adalah seorang ustadz. Ustad Bachri pastilah orang yang baik hati karena Hardi sahabat lamanya yang juga tidak digambarkan asalnya dari mana, mau datang untuk bersilaturahmi ke rumah Ustadz Bachri. Hardi rupanya tidak hanya ingin bersilaturahmi saja, ia juga berbincang- bincang pada ustadz bachri mulai dari pengalaman kerjanya, pemikiran-pemikirannya, hingga sampai pada pembahasan kaligrafi. Ustadz Bachri bersemangat mendengar cerita kawannya itu karena ia berpikir dapat menambah pengetahuannya tentang huruf- uruf kaligrafi meskipun sudah pasti seorang ustadz pasti menguasai walau sedikit. tapi ia juga terkejut karena ternyata kawannya itu tidak tahu aturan-aturan khat Arab dalam penulisan kaligrafi.
         Disamping dua tokoh di atas, adapula tokoh-tokoh lain yang tidak menggunakan nama pasti, mereka hanya menggunakan nama-nama sapaan seperti seorang kurir yang di suruh oleh Hardi untuk pergi mengambil lukisan yang dibuat oleh Ustadz Bachri. Adapula tokoh istri dan anak Ustadz Bachri yang bersifat mendukung perubaha sikap Ustadz Bachri, dan terakhir adalah seorang kolektor dan para pengunjung yang sangat menyukai hasillukisan kaligrafi Ustadz Bachri.
         Pada bagian awal kita melihat bahwa Ustadz Bachri menerima dengan baik kawan lamanya yang bernama Hardi, itu membuktikan bahwa Ustadz Bachri mempunyai sikap yang baik dan mau menerima semua perubahan yang bersifat positif. Lalu pada bagian akhir, kita juga melihat bahwa Ustadz Bachri selalu mengajarkan keterbukaan antar sesame, itu terlihat pada saat istri dan anaknya mempertanyakan perihal tentang semua yang ia lakukan . di dalam cerita ini tidak ditampilkan toko-tokoh antagonis sehingga tidak memperbelit-belitkan masalah. Dan demikianlah analisis tokoh-tokoh dalam cerita ini.


3. Latar
         Cerita ini mengambil latar tempat sebuah kampung dan kota besar, penyebutan latar tempat dengan sebuah kampung berdasarkan atas pemikiran bahwa dalam cerita disebutkan bahwa “Ustadz Bachri pergi membeli perlengkapan melukis di kota” dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tokoh berada di sebuah kampung, dan yang lebih spesifik lagi kemungkinan basar latar kampung yang digunakan adalah kampung betawi, dapat dilihat dalam setiap percakapan tokoh- tokohnya selalu memanggil lawan bicaranya dengan sebutan sampeyan, pada tengah cerita misalnya, dinyatakan bahwa “sampeyan mesti melukis kaligrafi.” Sedangkan penyebutan latar kota besar, di karenakan Ustadz Bachri pergi membeli perlengkapan melukis di kota dan pergi melihat hasil lukisannya di pameran lukisan kaligrafi yang diadakan di sebuah hotel berbintang. Kutipan di atas menyatakan bahwa latar dalam cerita ini digunakan untuk menggambarkan keadaan tokoh. Latar lain yang disebutkan dalam cerita ini adalah rumah tempat tinggal Ustadz Bachri, gudang yang dijadikannya tempat melukis, toko-toko dan galeri (tidak dijelaskan apakah tokoh- tokoh yang ada di pasar atau bertempat di Mol besar). Semua latar itu dinyatakan tanpa disertai deskripsi apa pun.
         Seperti halnya latar tempat, latar waktu pun hanya dinyatakan secara umum peristiwa dalam cerita ini yang terjadi pada suatu kunjungan tanpa ada kejelasan kapan pastinya. Pada bagian lain, terdapat pula pernyataan yang menunjukkan tentang rentang waktu terjadinya suatu peristiwa. Mengenai keinginan Ustadz Bachri melukis pada tengah malam, dinyatakan bahwa “mungkin tidak ingin di ganggu aau malu dilihat orang, Ustadz Bachri memilih tengah malam untuk melukis.” Adapun lamanya Ustadz Bacri melukis diperkirakan dari malam hingga sampai subuh.
         Dalam cerita ini banyak sekali penggunaan latar waktu tanpa kejelasan. Misalkan, penggunaan besoknya, dalam kutipan “besoknya hamper semua media massa memuat berita tentang pameran yang isinya hamper didominasi oleh liputan tentang dirinya dan lukisannya.” makan siang, dalam kutipan “ketika makan siang, istri dan anaknya ganti mengerubutinya dengan berbagai pertanyaan tentang lukisan Alif-nya itu pula.” serta beberapa hari kemudian, dalam kutipan “beberapa hari kemudian, beberapa wartawan datang ke rumah Ustadz Bachri.” Semuanya menjadi latar waktu untuk beberapa peristiwa yang terjadi dalam cerita ini. Adapu peristiwa-peristiwa lain tidak dinyatakan secara pasti kapan terjadi.


4. Tema
         Cerita ini menyajikan tema “ keberuntungan” yang dimana dalam cerita ini, Ustadz Bachri mendapatkan suatu hasil dari kerja keras yang pertama-tama sama sekali tidak disangka-sangkanya yakni keberuntungan mendapatkan uang yang banyak dari hasil lukisan yang telah susah payah dibuatnya.
         Ada beberapa motif yang membangun tema dalam cerita ini. Pertama, bertanggung jawab. Ustadz Bahri selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas setiap pekerjaannya, terlihat pada saat muncul rasa keputusasaan dalam benaknya, Ustadz Bachri tetap berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya.
         Motif yang kedua adalah pemberian peluang. Pemberian peluang ini dilakukan oleh Hardi, kawan lama Ustadz Bachri. Hardi dengan baiknya memberi peluang kepada Ustadz Bachri untuk ikut dala pameran lukisan kaligrafi tanpa memikirkan apakah ia nantinya dapat tersaingi oleh Ustadz Bachri, terlihat dalam cerita ini Hardi dengan tulus memberikan peluang kepada sahabatnya yang memiliki kemampuan melukis agar dapat mengekspresikan keterampilannya dalam suatu pameran lukisan.
         Motif lain yang membangun cerita ini adalah keterbukaan. Motif ini terlihat pada diri Ustadz Bahri serta anak dan istri Ustadz Bachri. Pada akhir cerita ada kutipan bahwa Ustadz Bachri selalu  mengajarkan sifat dan adat  keterbukaan antar anggota keluarganya .dan karena sifat keterbukaan inilah hingga Ustadz Bachri disenangi oleh istri dan anaknya.

0 Response to " "

Posting Komentar