Shinee - Taemin

10 Makanan Korea yang Mendunia

      Bagi orang Korea, makanan bukan sekedar pengisi perut, tapi juga tentang rasa, manfaat, dan nasionalisme. Dari sekian banyak makanan Korea, di bawah ini 10 makanan korea paling lezat yang disukai bukan hanya oleh orang Korea, tapi juga orang di seluruh dunia :


10. Soondubu Jiggae
 
        Makanan Korea ini masuk dalam kategori rebusan. Lebih kental dari sup, tapi lebih encer dari bubur. Kalau dengan cara tradisional (menggunakan gerabah), Soondubu Jiggae dimasak hanya untuk satu piring. Masakan Korea ini dibuat dari ikan segar, sedikit daging sapi, bubuk cabe, tahu sutra, dan telur.













         Bila tidak suka pedas atau memasak buat anak-anak, bisa dikurangi bubuk cabe yang dipakai agar rasa pedasnya berkurang. Penggunaan daging sapi menggambarkan betapa sehatnya menu ini. Namun, daging sapi dicampurkan bukan untuk mengenyangkan perut, tapi lebih kepada penambah rasa masakan.

9. Seolleongtang

         Seolleongtang adalah sup yang populer di Korea. Saking terkenalnya, ada restoran yang sengaja hanya menyediakan menu ini. Dari semua masakan yang ada, Seolleongtang adalah yang paling lama masaknya karena harus merebus tulang sapi (kaki atau buntut sapi). Dimasaknya harus berjam-jam agar semua kalsium terlepas dan sampai tulangnya berwarna putih yang khas.
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
       Bukan hanya tulang yang ada dalam menu ini, namun ada juga potongan daging sapi dan lobak yang dicampurkan di dalamnya. Biasanya, sup ini dibuat saat musim dingin atau dibuat dalam jumlah besar agar bisa dikonsumsi selama 1 minggu. Di Korea, Seolleongtang bukan hanya dimakan untuk makan malam, tapi juga buat sarapan.

8. Ddukbokkie

         Masakan ini sering tercium saat malam hari di kota-kota besar di Korea. Seperti Seoul, di sana banyak pedagang yang menjajakan Ddukbokkie dengan resep dan cita rasa sendiri. Makanan Korea ini merupakan jajanan jalanan yang paling populer dan datang dengan berbagai rasa. Ddukbokkie dibuat dari kue ikan, telur rebus, ditambah saus pedas yang sedikit manis. Kue beras yang kenyal dan lembut, dihadirkan sebagai penawar rasa pedas.




 7. Dakjuk













              Dakjuk dibuat dari daging ayam yang direbus dalam air dicampur dengan bawang merah dan bawang putih. Kemudian ditambahkan nasi dan dimasak sampai daging ayam matang. Hasilnya, seperti bubur yang sangat kental, kaya akan daging ayam dan rasa bawang putih.

6. Hoeddeok

       Kalau kamu suka dengan rasa manis, makanan Korea ini mungkin wajib dicoba. Hoeddeok seperti pancake, tapi cara pembuatannya sedikti lebih rumit. Karena dibuat dari adonan ragi yang disiramkan campur an kayu manis, gula merah, dan kenari. Semuanya digoreng dalam wadah berminyak. Hoeddeok sangat disukai anak-anak di Korea.
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
5. Yangnyeom Tongdak


Bila mencobanya, kamu mungkin tidak akan lagi ke Kentucky Fried Chicken, tapi beralih ke Korean Fried Chicken. Itu karena ayam goreng khas Korea dengan nama Yangnyeom Tongdak. Saat pertama kali menggigitnya, akan terasa saus yang manis bercampur pedas. Kemudian baru akan terasa renyah dan empuknya daging ayam.




4. Japchae

         Saat mencicipinya, baru akan tahu betapa lezatnya masakan ini. Awalnya, Japchae yang populer di Korea dan negara lain ini, dibuat tanpa mie. Adalah seorang raja dan seorang juru masaknya yang pertama kali membuat Japchae.


























          Lain dengan sekarang di mana mie merupakan elemen penting dari masakan ini. Mie dibuat dari ubi jalar yang membuatnya memiliki tekstur lebih kenyal. Mie bersama dengan berbagai sayuran yang dimasak setengah matang, kemudian diracik dengan cara ditumis.

3. Bulgogi



 
 
 
 
 
 
 
 
 
        Mungkin menu ini paling banyak dikenal orang, biasanya di restoran-restoran Korean BBQ selalu menampilkan Bulgogi. Menu ini terbuat dari irisan daging sapi yang dicelupkan dalam saus terbuat dari jus buah pir, bawang putih, kecap, dan lainnya. Rasanya, adalah sepotong daging lembut yang manis, gurih, dan lezat.

2. Bibimbap

           Dalam bahasa Korea, “bibim” berarti “campuran” dan “bap” berarti beras. Semua bahan kecuali daging disiapkan sebelumnya yang kemudian akan ditambahkan di atas nasi hangat. Setelah itu, ditambahkan daging goreng dan telur mata sapi di atasnya. Bibimbap biasanya disajikan dengan saus pedas terbuat dari gochujang (pasta cabai Korea) dan ditambahkan sesuai keinginan.






1. Kimchi



        Kimchi merupakan makanan Korea dan merupakan hidangan hasil fermentasi seperti halnya roti atau yoghurt. Makanan Korea ini terbuat dari kubis yang terbalut campuran serbuk cabai, bawang putih, daun bawang, bawang merah, jus buah pir, dan lainnya. Kimchi adalah hidangan yang harus ada di Korea, entah itu saat sarapan, makan siang, atau makan malam. Tampilanya memang tidak menarik, tapi rasanya yang menawan.
»»  Baca Selengkapnya...

KATA-KATA BIJAK MARIO TEGUH

Perhatikanlah awan-awan gelap
yang menutupi kecemerlangan matahari.
Anda memang tak lagi dapat melihat
keindahan dari birunya langit,
tetapi Anda masih dapat melihat
garis tepi keperakan yang mengitari
awan-awan gelap itu.
Belajarlah untuk selalu melihat hikmah
dan kemungkinan cemerlang di dalam
segelap-gelapnya keadaan.
Anda jiwa kecintaan Tuhan.
Tidak ada niat Tuhan
selain memuliakan Anda.


Berhati-hatilah dengan dia
yang hatinya berada di ambang kemarahan,
yang gelisah tercabik antara kebaikan asli
yang menjadi bakat kelahirannya dan
kesenangan sementara yang tak penting.
Mungkin tak ada orang yang lebih mudah marah
daripada dia yang mengetahui kebaikan,
tapi tak kuasa menahan dirinya
dari berlaku sebaliknya.
Terhadapnya,
berkasih-sayanglah, nasehatkan yang benar,
dan bersabarlah.


Marilah kita menjadi orang tua
yang mencontohkan kegembiraan
dalam memenangkan kualitas hidup yang baik,
agar anak-anak kita juga bersemangat
untuk tumbuh dengan tubuh yang sehat,
cara pandang yang jernih,
dan pikiran yang cemerlang.
Bagi seorang anak,
tidak ada pahlawan yang lebih agung
daripada seorang dewasa
yang berlutut membantunya,
dan berbisik
Ketahuilah bahwa aku sangat menyayangimu.


Anak-anak tanpa pahlawan
sedikit sekali yang akan tumbuh
menjadi pribadi-pribadi dewasa
yang bangga dan membanggakan.
Mereka membutuhkan seorang dewasa
yang bisa mereka kagumi;
seorang yang kuat, yang bersamanya
mereka merasa terlindungi.
Mereka membutuhkan seorang sahabat dewasa
yang menuntun dan mendorong mereka
untuk tumbuh menjadi pribadi
yang kuat dan mandiri.
Mereka membutuhkan seorang teladan.


Cara lazim untuk kehilangan hormat
kepada diri sendiri, adalah
berjanji sampai hampir bersumpah
untuk menjadi pribadi baru
dan bekerja keras mencapai impian,
tapi tetap berpikiran tidak bersih,
sama malasnya,
mencurigai orang-orang baik,
dan memprotes Tuhan.
Janganlah mengira hati Anda tidak tahu,
jika Anda mengatakan satu hal,
tapi melakukan hal yang lain.
Tepatilah janji Anda kepada diri sendiri.


Perhatikanlah keindahan tutur
dari para pemimpin.
Jika tutur mereka jujur,
maka adil dan sejahteralah hidup rakyatnya.
Jika tegas,
maka rapihlah tata kehidupan masyarakatnya.
Jika penuh kasih,
maka indahlah persaudaraan dan persahabatannya.
Jika berani,
maka kuatlah harkat kenegaraannya.
Bagi sejumlah orang yang lebih banyak dari satu orang,
kualitas pemimpin menentukan kualitas kebersamaan mereka.


Engkau sedang diregang gelisah.
Menginginkan yang pasti,
tapi tak tahu apa yang harus kau lakukan.
Engkau tahu kau harus lakukan sesuatu,
tapi tak ada jaminan masalahmu
tak akan lebih memburuk.
Ragu atau yakin,
pasti atau tidak,
tetapi bertindak dengan niat
memperbaiki keadaan,
adalah tetap yang terbaik.
Salah saat mencoba yang baik,
adalah lebih mulia,
daripada salah karena
tak melakukan apa pun.


Banyak orang ingin jadi orang kaya,
tapi perilakunya tidak menunjukkan
bahwa dia akan jadi orang kaya.
Maka janganlah kita sibuk dengan hal-hal
yang tidak ada hubungannya dengan
membangun kemampuan
membiayai kehidupan yang baik.
Bergembiralah dalam berhemat dan
memperbesar pendapatan.
Marilah kita menjadi jiwa yang
mengkekasihkan diri kepada Tuhan,
agar kita dibantu meneguhkan diri
untuk hidup dengan bijak.


Apakah pendapatan Anda bersaing dengan biaya,
atau bersaing dengan keinginan Anda?
Bekerjalah untuk mencapai keinginan,
bukan untuk menutupi kekurangan.
Apa itu?
Oh, maaf, tadi ada yang nyeletuk;
“Bicara itu enak, tapi pelaksanaannya susah.”
Betul sekali,
itu sebabnya kita harus segera bekerja,
agar kita menjadi ahli menghasilkan income yang baik.
Jika tidak, kita harus ahli menutupi kekurangan.


Jika Anda sedang merasa menderita,
Anda harus tahu mengapa Anda masuk dalam keadaan itu.
Jika Anda lebih berfokus menikmati rasa tersiksa itu,
dan tidak menegaskan diri untuk membersihkan pikiran
dan membeningkan hati, untuk mengenali sikap dan
perilaku yang menyebabkan penderitaan itu,
Anda masih akan lama berada dalam rasa tersiksa itu.
Menikmati rasa tersiksa bukanlah jalan keluar dari penderitaan.


Syukurilah pekerjaan Anda,
walau mungkin kecil dalam pandangan Anda
dan orang lain, dan kerjakanlah dengan keikhlasan
untuk menghasilkan.
Jika Anda dikenal sebagai pribadi
yang melebihkan kontribusi, semua orang kuat akan
memperebutkan Anda untuk dipercayakan
pekerjaan-pekerjaan terbaik.
Itulah cara yang meninggikan jiwa jujur yang sederhana,
di atas mereka yang sangat berbakat tapi yang banyak alasan.


Orang yang biasanya dikecewakan oleh kehidupan,
adalah orang yang biasanya lalai memelihara kepercayaan.
Maka peliharalah kepercayaan yang sekecil apa pun,
karena dari situlah tumbuh kredibilitas pribadi
untuk dipercayai memimpin yang besar-besar.
Kehidupan ini tidak akan mengecewakan Anda,
yang tak sampai hati mengecewakan kepercayaan orang lain.
Kepercayaan sesama adalah tanda kepercayaan Tuhan.


Banyak orang demikian senangnya berbelanja,
sehingga perhatiannya berfokus kepada kesempatan
untuk meminjam uang, untuk belanja.
Mereka memperlakukan credit card,
yang sebetulnya adalah fasilitas kredit
berbunga sangat tinggi, sebagai income tambahan.
Berhati-hatilah
Ribuan orang jatuh miskin karena takut kelihatan miskin.
Orang yang tidak takut kelihatan miskin,
justru mudah menjadi orang kaya.
»»  Baca Selengkapnya...

ANALISIS CERITA LUKISAN KALIGRAFI

  



1. Alur dan Pengaluran

            Cerpen “Lukisan Kaligrafi” mengisahkan tentang kehidupan seorang ustadz dan suatu lukisan kaligrafi yang berbentuk huruf alif, yang maknanya tak diketahui baik pada pelukisnya maupun pada para pencinta lukisan yang melihatnya. Ustadz Bachri, seorang pelukis itu, pada suatu hari kedatangan kawan lamanya yang bernama Hardi, seorang seniman yang berprofesi sebagai seorang pelukis dimana hasil lukisannya selalu mengikuti trend sehingga dapat laku mahal di pasaran. Disamping bersilaturahmi, Hardi juga memperbincangkan masalah kaligrafi. Dalam pembicaraan Hardi mengenai kaligrafi, terbesit rasa kaget dalam benak Ustadz Bachri karena meskipun kawannya itu sudah terbiasa melukis kaligrafi, namun tak sedikitpun yang ia ketahui mengenai aturan- aturan dalam penulisan kath Arab. Setelah usai bercerita, Hardi berpamitan untuk pulang. Namun Hardi terkejut melihat “sebuah kertas yang bertuliskan huruf Arab yang tertempel diatas pintu”.
Setelah mendengar penjelasan dari Ustadz Bachri mengenai kertas yang bertuliskan huruf Arab tersebut, Hardi mengajak Ustadz Bachri untuk mau ikut pameran lukisan kaligrafi yang diadakan oleh Hardi dan pelukis-pelukis lainya. Awalnya Ustadz Bachri tidak mau ikut, tapi ia melihat bahwa seorang yang tak mengerti dengan aturan-aturan huruf Arab saja bisa melukis kaligrafi, akhirnya dengan bermodalkan tekad yang kuat dan pengetahuan-pengetahuan mengenai huruf Arab, ustadz Bachri pun mau ikut dalam pameran tersebut. Ustadz Bachri selalu memilih waktu tengah malam apabila hendak melukis karena merasa baru bergelut dibidang melukis jadi ada rasa malu di benaknya bila ada orang yang hendak melihatnya melukis. Istri dan anak Ustadz Bachri tidak mengerti dengan perubahan sikap ustadz Bachri yang tiba-tiba ingin melukis, namun perubahan sikap yang positif tersebut didukung oleh istri dan anaknya sehingga mereka sering memberikan dorongan kepada Ustadz Bachri agar dapat menyelesaikan lukisan tersebut dengan baik dan tepat waktu.
Hari berganti hari Ustadz Bachri selalu berusaha membuat lukisan agar dapat di pajang dalam pameran lukisan. Hingga sampai pada hari yang telah ditentukan, datanglah seorang kurir yang hendak mengambil lukisan Ustadz Bachri yang akan di bawah ke pameran lukisan. Ustadz Bachri tidak ingin memberitahukan harga lukisan yang dibuatnya, saat kurir tersebut mempertanyakan mengenai harga lukisannya. Dalam hati, Ustadz Bachri merasa malu ketika memberikan bungkusan lukisan kepada kurir tersebut ia berpikir bahwa tidak akan ada seorang pun yang akan menoleh untuk melihat lukisan yang telah di buatnya dengan susah payah.
Cerita pendek ini di bangun oleh beberapa sekuen, yakni sebagai berikut:
  1. Ustadz Bachri dikunjungi sahabat lamanya yang bernama Hardi( seorang pelukis) yang hendak bersilaturahmi.
  2. Hardi datang bersilaturahmi dan berbicara mengenai kaligrafi.
  3.  Kekagetan Ustadz Bachri atas ketidaktahuan Hardi mengenai aturan-aturan khat Arab.
  4. Hardi pelukis yang asal melukis.
  5. Ustadz Bahri senangtelah diberi pengetahuan mengenai kesenian
  6. ketidaksukaan Ustadz Bachri atas sikap Hardi yang sok tahu.
***
  1.  Hardi berpamitan pulang dan Ustadz Bachri mengantar sampai pintu.
  2. keterkejutan Hardi melihat kertas yang ada di atas pintu.
  3. Hardi bertanya pada Ustadz Bachri mengenai tulisan yang ada di kertas tersebut.
  4. Ustadz Bachri menjelaskan asal-usul dan maksuk tulisan yang ada di kertas tersebut.
  5. Hardi mengajak Ustadz Bachri untuk ikut pameran lukisan kaligrafi.
  6. Ustadz Bachri mengiyakan ajakan Hardi.
  7. Hardi pulang setelah mengajak Ustadz Bachri.
***
  1. Ustadz Bachri pergi ke kota membeli perlengkapan menulis
  2. Istri dan anak Ustadz Bacri heran mendengan niat melukisnya.
  3. mereka membersihkan gudang untuk sanggar melukis.
  4. Ustadz Bachri suka melukis pada saat tengah malam.
  5. Muncul keputusasaan di hati Ustadz Bachri.
  6. Ustadz Bacri berusaha menyelesaikan satu lukisan untuk ikut pameran.
  7. kurir kiriman Hardi datang mengambil lukisan Ustadz Bacri
  8. Kurir menanyakan judul dan harga lukisan.
  9. Ustadz Bachri pasrah dengan apa yang akan diperbuat Hardi atas lukisannya.
***
  1. Ustadz Bachri datang ke pameran dengan rasa kurang percaya diri.
  2. Ustadz Bacri mencari pajangan lukisannya.
  3. Ustadz Bachri datang ke tempat Hardi.
  4. Mendadak Hardi memperkenalkan Ustadz Bachri kepada pengunjung.
  5. Ustadz Bachri terkejut karena ternyata lukisannya dikerumuni banyak orang.
  6. Ustadz Bachri kaget melihat juduldan harga lukisannya.
  7. Kolektor memberi pujian pada Ustadz Bachri.
  8. Muncul ketidakpahaman dipikiran Ustadz Bachri.
  9. Para wartawan memotret dan memberi pertanyaan kepada Ustadz Bachri.
  10. Semua media masa m,emuat berita tentang Ustadz Bachri dan lukisannya.
  11. Ustadz Bachri mendadak terkenal.
***
  1. Istri dan anak Ustadz Bachri bertanya perihal tentang kejadian yang menimpa Ustadz Bachri.
  2. Istri Ustadz Bachri berprasangka bahwa suaminya memakai ilmu.
  3. Ustadz Bachri menceritakan semua asal-ususl kejadian tersebut.
  4. Ingatan Ustadz Bachri tentang Hardi yang memaksanya untuk ikut pameran.
  5. Ustadz Bachri bercerita kembali.
  6. Injgaan Ustadz Bahri tentang pameran kaligrafi belasan tahun lalu.
  7. Ustadz Bachri memperbaiki posisi duduknya saat melanjutkan cerita.
  8. ingatan Ustadz Bachri saat menulis huruf alif.
  9. Istri Ustadz Bachri bertanya lagi mengenai ilmu apa yang ia gunakan.
  10. Ustadz Bachri menjelaskan semua kejadiannya kembali dengan jelas.
  11. Istri dan anak Ustadz Bachri tidak bertanya-tanya lagi saat mendengar semua penjelasan dari Ustadz Bachri.
Kini sampai pada penentuan fungsi utama (FU). Urutan fungsi utama cerpen “Lukisan Kaligrafi” adalah sebagai berikut:

  1. Ustadz Bachri di kunjungi Hardi yang datang bersilaturahmi.
  2. Hardi berbincang-bincang kepada Ustadz Bachri mengenai lukisan kaligrafi.
  3. kekagetan Ustadz Bachri terhadap pengetahuan Hardi atas huruf kaligrafi.
  4. Hardi pamit pulang dan diantar sampai depan pintu oleh Ustadz Bachri.
  5. Hardi bertanya pada Ustadz Bachri mengenai tulisan dikertas yang ada di depan pintu.
  6. Ustadz Bachri memberi penjelasan yang membuat Hardi kagum.
  7. Ustadz Bachri diajak ikut pameran lukisan kaligrafi.
  8. Ustadz Bacri tidak percaya dengan kemampuan melukisnya dan tetap mengiyakan karena rasa tertantang.
  9. Ustadz Bachri membeli peralatan melukis.
  10. Ustdz Bachri melukis saat tengah malam.
  11. Rasa heran terlintas di benak istri dan anak Ustadz Bachri dan tetap mendukung.
  12. Putus asa menyelimuti Ustadz Bachri.
  13. Ustadz Bachri menyelesaikan satu lukisan.
  14. Kurir datang meminta lukisan Ustadz Bachri.
  15. Rasa tidak percaya diri membuat Ustadz Bachri tidak memberi judul dan harga pada lukisannya.
  16. Ustadz Bachri pergi ke pameran lukisan kaligrafi.
  17. Ustadz Bachri putus asa mencari letak pajangan lukisannya.
  18. Hardi memanggil dan memperkenalkan Ustadz Bachri pada para pengunjung.
  19. Hardi memberi judul dan harga pada lukisan Ustadz Bachri.
  20. Ustadz Bachri menjadi terkenal karena keunikan lukisannya.
  21. Istri dan anak Ustadz Bachri mempertanyakan keajaiban yang menimpa Ustadz Bachri.
  22. Ustadz Bachri menjelaskan dengan sangat jelas pada istri dan anaknya perihal keajaiban yang menimpanya.

Bagan berikut ini menggambarkan hubungan fungsi-fungsi utama cerita “Lukisan Kaligrafi”.



         Ustadz Bachri dikunjungi kawan lamanya yang bernama Hardi (FU I). Disamping bersilaturahmi, Hardi juga membicarakan soal kaligrafi pada Ustadz Bachri (FU 2). Ustadz Bachri kaget saat mengetahui Hardi tidak mengenal aturan-aturan khat Arab (FU 3). Usai bersilaturahmi, Hardi pamit pulang dan diantar oleh Ustadz Bachri sampai depan pintu (FU 4). Hardi terpana dan mempertanyakan kertas di pintu yang bertuliskan kaligrafi (FU 5). Ustadz Bachri menjelaskan cara membuatnya (FU 6). Setelah mendengar penjelasan dari Ustadz Bachri, Hardi kemudian mengajak Ustadz Bachri untuk ikut dalam pameran lukisan kaligrafi (FU 7). Ustadz Bachri tidak peraya dengan kemampuan melukisnya karena memang selama ini ia sama sekali tidak pernah melukis, namun Ustadz Bachri tetap mengiyakan karena rasa tertantang  (FU 8).
         Mengetahui dirinya akan melukis, Ustadz Bachri pergi ke kota untuk membeli perlengkapan melukis (FU 9). Karena rasa kurang percaya diri serta malu, Ustadz Bachri memutuskan untuk melukis pada tengah malam (FU 10). Melihat sikap Ustadz Bachri yang berubah, istri dan anak Ustdadz Bachrikeheranan dibuatnya, tapi keduanya mendukung perubahan positif yang telah dialami oleh Ustadz Bachri (FU 11). Sudah lama berselang namun lukisan yang hendak di lukis belum juga selesai hingga membuat Ustadz Bachri berputus asa (FU 12). Namun, karena semangat dan tekad yang kuat akhirnya Ustadz Bachri dapat menyelesaikan satu buah lukisan yang akan dibawah di pameran lukisan kaligrafi (FU 13). Esok harinya, datang seorang kurir suruhan Hardi yang hendak mengambil lukisan Ustadz Bachri, sebelum pergi kurir tersebut mempertanyakan judul dan harga yang ditawarkan oleh Ustadz Bachri (FU 14). Akibat rasa kurang percaya dirinya, Ustadz Bachri sengaja tidak memberi judul dan harga pada lukisannya (FU 15). Rasa keingintahuan ternyata telah mendorong Ustadz Bachri untuk pergi ke pameran lukisan kaligrafi (FU 16 ). Setibanya disana, Ustadz Bachri kembali muncul rasa kecil hati saat tidak melihat pajangan lukisannya (FU 17).
          Belum usai rasa kecil hatinya, Ustadz Bachri kemudian dipanggil oleh Hardi dan diperkenalkan ke para pengunjung (FU 18). Hardi kemudian memberitahu bahwa ia telah memberikan judul dan harga pada lukisannya, dan tak di sangka-sangka lukisan Ustadz Bachri laku dengan sangat mahal (FU 19). Mendadak Ustadz Bachri menjadi terkenal karena lukisannya sendiri, lukisan yang semula ia tidak yakin akan di pajang dan di lirik orang (FU 20). Melihat keajaiban yang dialami oleh oleh Ustadz Bachri, istri dan anak Ustadz Bachri menjadi heran dan mempertanyakannya (FU 21). Ustadz Bachri pun menjelaskan kepada istri dan anaknya perihal keajaiban yang di alaminya, meskipun Ustadz Bahri sendiri juga tidak mengeri dengan keajaiban yang di alaminya (FU 22).


2. Tokoh

         Tokoh utama cerita ini adalah Ustadz Bachri. Tokoh ini tidak diceritakan secara gamblang mengenai pekerjaan serta riwayat hidupnya. Namun, dilihat darinamanya sudah pasti ia adalah seorang ustadz. Ustad Bachri pastilah orang yang baik hati karena Hardi sahabat lamanya yang juga tidak digambarkan asalnya dari mana, mau datang untuk bersilaturahmi ke rumah Ustadz Bachri. Hardi rupanya tidak hanya ingin bersilaturahmi saja, ia juga berbincang- bincang pada ustadz bachri mulai dari pengalaman kerjanya, pemikiran-pemikirannya, hingga sampai pada pembahasan kaligrafi. Ustadz Bachri bersemangat mendengar cerita kawannya itu karena ia berpikir dapat menambah pengetahuannya tentang huruf- uruf kaligrafi meskipun sudah pasti seorang ustadz pasti menguasai walau sedikit. tapi ia juga terkejut karena ternyata kawannya itu tidak tahu aturan-aturan khat Arab dalam penulisan kaligrafi.
         Disamping dua tokoh di atas, adapula tokoh-tokoh lain yang tidak menggunakan nama pasti, mereka hanya menggunakan nama-nama sapaan seperti seorang kurir yang di suruh oleh Hardi untuk pergi mengambil lukisan yang dibuat oleh Ustadz Bachri. Adapula tokoh istri dan anak Ustadz Bachri yang bersifat mendukung perubaha sikap Ustadz Bachri, dan terakhir adalah seorang kolektor dan para pengunjung yang sangat menyukai hasillukisan kaligrafi Ustadz Bachri.
         Pada bagian awal kita melihat bahwa Ustadz Bachri menerima dengan baik kawan lamanya yang bernama Hardi, itu membuktikan bahwa Ustadz Bachri mempunyai sikap yang baik dan mau menerima semua perubahan yang bersifat positif. Lalu pada bagian akhir, kita juga melihat bahwa Ustadz Bachri selalu mengajarkan keterbukaan antar sesame, itu terlihat pada saat istri dan anaknya mempertanyakan perihal tentang semua yang ia lakukan . di dalam cerita ini tidak ditampilkan toko-tokoh antagonis sehingga tidak memperbelit-belitkan masalah. Dan demikianlah analisis tokoh-tokoh dalam cerita ini.


3. Latar
         Cerita ini mengambil latar tempat sebuah kampung dan kota besar, penyebutan latar tempat dengan sebuah kampung berdasarkan atas pemikiran bahwa dalam cerita disebutkan bahwa “Ustadz Bachri pergi membeli perlengkapan melukis di kota” dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tokoh berada di sebuah kampung, dan yang lebih spesifik lagi kemungkinan basar latar kampung yang digunakan adalah kampung betawi, dapat dilihat dalam setiap percakapan tokoh- tokohnya selalu memanggil lawan bicaranya dengan sebutan sampeyan, pada tengah cerita misalnya, dinyatakan bahwa “sampeyan mesti melukis kaligrafi.” Sedangkan penyebutan latar kota besar, di karenakan Ustadz Bachri pergi membeli perlengkapan melukis di kota dan pergi melihat hasil lukisannya di pameran lukisan kaligrafi yang diadakan di sebuah hotel berbintang. Kutipan di atas menyatakan bahwa latar dalam cerita ini digunakan untuk menggambarkan keadaan tokoh. Latar lain yang disebutkan dalam cerita ini adalah rumah tempat tinggal Ustadz Bachri, gudang yang dijadikannya tempat melukis, toko-toko dan galeri (tidak dijelaskan apakah tokoh- tokoh yang ada di pasar atau bertempat di Mol besar). Semua latar itu dinyatakan tanpa disertai deskripsi apa pun.
         Seperti halnya latar tempat, latar waktu pun hanya dinyatakan secara umum peristiwa dalam cerita ini yang terjadi pada suatu kunjungan tanpa ada kejelasan kapan pastinya. Pada bagian lain, terdapat pula pernyataan yang menunjukkan tentang rentang waktu terjadinya suatu peristiwa. Mengenai keinginan Ustadz Bachri melukis pada tengah malam, dinyatakan bahwa “mungkin tidak ingin di ganggu aau malu dilihat orang, Ustadz Bachri memilih tengah malam untuk melukis.” Adapun lamanya Ustadz Bacri melukis diperkirakan dari malam hingga sampai subuh.
         Dalam cerita ini banyak sekali penggunaan latar waktu tanpa kejelasan. Misalkan, penggunaan besoknya, dalam kutipan “besoknya hamper semua media massa memuat berita tentang pameran yang isinya hamper didominasi oleh liputan tentang dirinya dan lukisannya.” makan siang, dalam kutipan “ketika makan siang, istri dan anaknya ganti mengerubutinya dengan berbagai pertanyaan tentang lukisan Alif-nya itu pula.” serta beberapa hari kemudian, dalam kutipan “beberapa hari kemudian, beberapa wartawan datang ke rumah Ustadz Bachri.” Semuanya menjadi latar waktu untuk beberapa peristiwa yang terjadi dalam cerita ini. Adapu peristiwa-peristiwa lain tidak dinyatakan secara pasti kapan terjadi.


4. Tema
         Cerita ini menyajikan tema “ keberuntungan” yang dimana dalam cerita ini, Ustadz Bachri mendapatkan suatu hasil dari kerja keras yang pertama-tama sama sekali tidak disangka-sangkanya yakni keberuntungan mendapatkan uang yang banyak dari hasil lukisan yang telah susah payah dibuatnya.
         Ada beberapa motif yang membangun tema dalam cerita ini. Pertama, bertanggung jawab. Ustadz Bahri selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas setiap pekerjaannya, terlihat pada saat muncul rasa keputusasaan dalam benaknya, Ustadz Bachri tetap berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya.
         Motif yang kedua adalah pemberian peluang. Pemberian peluang ini dilakukan oleh Hardi, kawan lama Ustadz Bachri. Hardi dengan baiknya memberi peluang kepada Ustadz Bachri untuk ikut dala pameran lukisan kaligrafi tanpa memikirkan apakah ia nantinya dapat tersaingi oleh Ustadz Bachri, terlihat dalam cerita ini Hardi dengan tulus memberikan peluang kepada sahabatnya yang memiliki kemampuan melukis agar dapat mengekspresikan keterampilannya dalam suatu pameran lukisan.
         Motif lain yang membangun cerita ini adalah keterbukaan. Motif ini terlihat pada diri Ustadz Bahri serta anak dan istri Ustadz Bachri. Pada akhir cerita ada kutipan bahwa Ustadz Bachri selalu  mengajarkan sifat dan adat  keterbukaan antar anggota keluarganya .dan karena sifat keterbukaan inilah hingga Ustadz Bachri disenangi oleh istri dan anaknya.
»»  Baca Selengkapnya...

BANK PUISI
Cinta Pekat

pekat rasaku dalam arah yang selalu ku tuju
menyeruak menjadi gumpalan kecewa yang tak bisa terhindarkan
apakah aku salah bermain dengan cinta? rasanya tidak.
Sedang pohon cinta enggan mekar dalam tiap musim yang kudambakan
bisa memberi kesempatan dan peluang mencintai

harusnya rasa tak patut ada bila cinta tak dapat tempat untuk bernaung
sedangkan diseberang waktu
kasih sayang berlomba ada di barisan awal perasaan
bersiap mengisi kekosongan hati yang mulai padam
 karena cahaya tak dapat menembus dinding sukma laraku



Rumah Kayu


jerit kayu seakan sengaja tak di dengar
saat palu dan gergaji  menghentak mengejar
batu bata yang merah terkena tangisan darah
enggan menerima ekspresi kayu yang pasrah

saksi bisu kayu dan batu bata sungai panjang jalan setapak
keluhan langit ikut menghapus sungai kembar awan yang bersorak
yang berubah karena keringat wajah-wajah kelam
arti bunga taman bagi pajalan kaki pagi dan malam

kenangan rumah kayu, jalan setapak dan batu bata
arti pengorbanan bagi rumah beratap segitiga
segitiga kecil yang penuh makna
tumpangan rasa sedih,gundah, marah, dan bahagia.



Sosok Ibu


sepuluh tahun telah membawa suka duka
mengubah tubuh kecilku hingga dewasa
untuk tahu jejak kaki malang
di kanvas cokelat yang terukir pagi dan siang

nyayian ayam bagai alaram alam di pagi buta
yang menutup mimpi dan membuka mata
bergegas jalan menuju masa depan
enam anak benih harapan

ibu, sapaku pada sosok wanita tua
tak pernah tersirat garis letih di wajahnya
putus asa tak dapat izin untuk mengganggu
perjuangan hidup yang selalu dituju.
       



Musafir Embun

apa yang kau cari?
di setiap perjalanan panjangmu
dalam gelap dan terang
anak langit yang kau tuju

hadirmu nyata dalam rasa
namun arai kabut hampa dalam dekap
dan sirna terhempas pertemuan
anginnya cahaya pagi

jasadmu hanya kerikil kecil
bagi rumpun warna dedaunan
meninggalkan nama
dalam sisa  perjalanan



Sepatu Kaca

sepatu kaca dan gaun putri malam kah
yang buatmu bahagia?
atau pertunjukkan jam dua belas
selalu ikut detak kakimu penuh  pilu

ku ingin hidup seperti akhirmu
tak mau bagai awal kisahmu
Cinderella, makna apa dalam namamu
hingga kekal cerita sepanjang masa?

kusalut dalam setiap perangaimu
karena kau pandai membunuh waktu
yang selalu ingin menghapus jejakmu.




Bagai Kayu

ku tak ingin kau seperti kayu
yang tak bisa merasakan panas terik dan dinginnya malam
bila bisa ku ingin membawa pergi
kematian rasamu yang membelenggu dalam dekap erat
tak ada lagi kah sedikit  harapan
yang mampu buat ku tuk bertahan?
sedang kau hanya berpangku tangan menikmati kebekuanmu sendiri.





Sajak untuk si kecil
                                          :Bonanza


selalu ada cerita dalam setiap kenangan hidup yang kau tebar
setiap detik menarik hati siap berdebar
jalan akan sangat panjang untuk ditempuh
tapi kuyakin tantangan keterpurukan tak akan membuatmu keluh

banyak pintu yang siap kau buka
menunggu setiap langkah kaki pertama untuk menapakinya
berbangga dan menyerah adalah dayang yang akan kau temui
dan tersenyumlah karena itu selalu buat kau teguh berdiri.
»»  Baca Selengkapnya...

CONTOH PROPOSAL PTK:

“ MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS SASTRA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VII¹
SMP NEGERI 18 KENDARI”




   
OLEH

       MARTA      
A1D1 08 046





BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa pada umumnya dirumuskan empat keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Keempat keterampilan berbahasa tersebut diintegrasikan dalam komponen standar isi dan kempotensi dasar. Hal ini diharapkan keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut dapat dimiliki oleh siswa baik untuk aspek kebahasaan maupun kesastraan. Dan salah satu keterampilan bahasa yang paling penting diantara komponen tersebut adalah keterampilan membaca.
Membaca menduduki posisi yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia. Membaca juga merupakan jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di dunia pendidikan maupun di dunia pekerjaan. Kemahiran dan minat baca seseorang tidak akan terjadi dengan sendirinya, perlu suatu upaya terutama dari kalangan pendidikan. Selain itu, dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan terdekat yang dapat melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan kemahiran membaca mereka. Tugas ini tentunya merupakan bagian dari tugas guru. Pada umumnya, para pemerhati pendidikan berpendapat bahwa membaca itu jantungnya pendidikan. Mampu membaca berarti memiliki kekuatan yang sanggup mengungguli kekuatan fisik apapun yang bisa dihimpun manusia. Dengan demikian peran membaca dalam keberhasilan studi seseorang tampaknya tak perlu kita sangsikan lagi (Harjasujana, 1996: 164).
Dalam melakukan proses membaca, ada beberapa obyek yang bisa di baca oleh setiap pembaca dan salah satunya yakni membaca teks. Membaca teks dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yakni membaca teks nonsastra dan membaca teks sastra. Teks sastra adalah karangan yang berisi cerita rekaan dengan bahasa, gaya, dan citra rasa yang indah. Cerita-cerita yang dinyatakan lebih bersifat sedangkan teks non sastra adalah teks atau bacaan yang berisi kejadian yang sesungguhnya yang ada dalam masyarakat. Teks atau karangan tersebut bisa membicarakan masalah sehari-hari, masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu, atau mengupas beragam persoalan dalam berbagai kepentingan pembacanya dinyatakan secara khusus (surat).
Membaca teks sastra termasuk dalam standar kompetensi pada silabus SMP kelas VII semester II. Membaca merupakan kegiatan paling awal dalam interpretasi atau pemberian makna teks sastra. Untuk itu, diperlukan upaya peningkatan pembelajaran dalam hal membaca teks sastra. Artinya, kebiasaan membaca teks sastra dapat dijadikan sebagai salah satu keterampilan diri dalam memahami bahan bacaan khususnya bacaan-bacaan yang bergenre sastra. Peningkatan pembelajaran bisa dilakukan melalui cara atau metode yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan agar siswa lebih bisa menerima pelajaran dengan baik, salah satunya dengan penggunaan model pembelajaran PAKEM. Model pembelajaran PAKEM merupakan akronim dari  Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Kegiatan yang tepat untuk dilakukan selain mengarahkan pelaksanaan pembelajaran keterampilan bahasa, seorang guru juga mengefektifkan dan mengefisiensikan pembelajaran keterampilan bahasa seperti, keterampilan membaca teks sastra bagi siswa di sekolah-sekolah menengah pertama dan tidak terkecuali siswa di SMP Negeri 18 Kendari. Selain itu, materi keterampilan membaca sastra dalam bentuk teks yang memerlukan tafsiran atau analisis secara cermat dan mendalam terutama dalam menentukan pesan, gagasan, pokok pikiran maupun istilah-istilah yang terdapat dalam teks sastra. Hal ini, tentunya memerlukan kemampuan siswa dalam memahami ragam teks sastra yang diberikan oleh guru.
1.2    Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan kemampuan membaca teks sastra siswa kelas VII¹ SMP Negeri 18 Kendari?
1.3    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca teks sastra siswa kelas VII¹ SMP Negeri 18 Kendari dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM.
1.4    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Adapun manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1.    Bagi siswa    : Siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca teks sastra.
2.    Bagi guru     : Dapat menjadi acuan peningkatan kemampuan membaca teks sastra dan  dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas.
3.    Bagi sekolah   :     Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan metode pembelajaran yang telah digunakan di sekolah, sehingga dalam pemilihan metode pembelajaran yang lebih variasi.   


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1    Konsep  Membaca
Definisi membaca bervariasi menurut para ahli. Membaca merupakan suatu proses. Hal ini didukung oleh beberapa batasan tentang membaca. Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah kegiatan yang menandai lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya melihat lambang-lambang yang dibacanya atau dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya (Harjasujana, dkk. 1996: 5).
Hodgon (dalam Mintowati, 2002: 3) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa (proses aktif), bertujuan serta memerlukan strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca (Mintowati, 2002: 5).
Membaca adalah keterampilan reseptis bahasa tulis (Mulyati, 2006:112). Membaca termasuk salah satu tuntutan dalam kehidupan masyarakat modern. Dengan membaca, kita dapat mengetahui dan menguasai berbagai hal. Banyak orang membaca kata demi kata, bahkan mengucapkannya secara cermat, dengan maksud dapat memahami isi bacaannya. Membaca kata demi kata memang bermanfaat, tetapi tidak cocok untuk semua tujuan (Depdiknas, 2006: 143).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal adalah kemampuan pembaca memahami lambang-lambang yang mengandung gagasan dari materi bacaan, sedangkan faktor eksternal materi bacaan itu sendiri.

2.2    Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi-informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Konsep dasar dalam membaca adalah memahami makna dan isi bacaan. Anderson (dalam Mintowati, 2002: 5) menuliskan tujuan membaca, yaitu:
a.    Menemukan detail atau fakta;
b.    Menemukan gagasan utama;
c.    Menemukan urutan atau organisasi bacaan;
d.    Menyimpulkan;
e.    Menklasifikasikan;
f.    Menilai, dan
g.    Membandingkan atau mempertentangkan.

Nurhadi (dalam Mintowati, 2002: 6) mengemukakan dua tujuan membaca yakni secara khusus dan secara umum. Secara khusus tujuan membaca yaitu mendapatkan informasi faktual, memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi dan mengisi waktu luangnya, secara umum membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi, memperoleh pemahaman, dan memperoleh kesenangan.
Lebih lanjut, Nurhadi (dalam Mintowati, 2002: 6) menyatakan tujuan membaca dalam kaitan dengan proses dan kemampuan membaca terlihat seperti berikut ini.
a.    Kemampuan seseorang dalam memahami bahan bacaan secara nyata dipengaruhi tujuan membacanya.
b.    Tujuan membaca yang terumuskan secara jelas akan mempengaruhi pemerolehan   pemahaman bacaan.
c.    Tujuan membaca bersifat luas, artinya ada bermacam-macam kepentingan untuk tiap individu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca mempunyai kedudukan yang penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman bacaan.

2.3    Konsep Pembelajaran
Ratumanan (2004: 5) mengemukakan ciri pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu:
1.    Mengaktifkan motivasi.
2.    Memberitahukan tujuan pembelajaran.
3.    Merancang kegiatan dan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif, terutama secara mental.
4.    Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang berpikir siswa.
5.    Memberikan bantuan terbatas kepada siswa tanpa memberikan jawaban final.
6.    Menghargai hasil kerja siswa dan memberikan umpan balik.
7.    Menyediakan aktifitas dan kondisi yang memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan.

2.4    Membaca Teks Sastra
Luxemburg, et.al. (1992: 86) mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan suatu kesatuan. Berdasarkan pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga hal yang harus ada dalam sebuah teks. Tiga hal tersebut, yaitu: isi, sintaksis, dan pragmatik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah “ karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri. Teks sastra menjadi berharga manakala kita sebagai pembaca memberikan sebuah penilaian terhadap teks tersebut.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov’s, seperti dikutip Aminuddin (1987: 122) dijelaskan ada tiga hal yang muncul dalam kegiatan membaca sastra, yakni (1) proyeksi, (komentar), (3) puitika. Dalam proyeksi, kegiatan pembaca adalah berusaha memahami unsur-unsur di luar teks yang secara bersama-sama mendukung atau mempengaruhi kehadiran teks. Dalam komentar, pembaca berusaha memahami isi paparan teks. Pemahaman isi tes ini terutama dilakukan untuk memaknai bagian-bagian teks yang belum jelas maksudnya. Puitika, bahwa pembaca berusaha memahami kaidah-kaidah abstrak yang secara intrinsik terdapat dalam teks sastra itu sendiri.

2.5    Konsep Pembelajaran PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.  Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, PAKEM dapat dideskripsikan sebagai berikut:
•       Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan  mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
•        Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
•        Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
•       Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok
•       Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Pakem dapat kita lihat dari dua sisi, yaitu :
1.    Dari sisi guru dalam pembelajaran:
a.    Aktif, guru aktif :

- Memantau kegiatan belajar siswa.

- Memberi umpan balik.

- Mengajukan pertanyaan yang menyenangkan.

- Mempertanyakan gagasan siswa.

b.    Kreatif, guru:

- Mengembangkan kegiatan yang beragam.

- Membuat alat bantu belajar sederhana.

c.    Efektif, pembelajaran :

- Mencapai tujuan pembelajaran.

d.     Menyenangkan, pembelajaran :

 - Tidak membuat anak takut.

 - Takut salah.

 - Takut ditertawakan.

 - Takut dianggap sepele.

2. Dari sisi siswa dalam pembelajaran :

    a. Aktif, siswa aktif :

        - Bertanya.

        - Mengemukakan gagasan.

        - Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.

    b. Kreatif, siswa :

        - Merancang atau memuat sesuatu.

        - Menulis atau mengarang.

    c. Efektif, siswa :

        - Menguasai keterampilan yang diperlukan.

   d. Menyenangkan, pembelajaran :

       Membuat anak :

      - Berani membuat atau mencoba.

      - Berani bertanya.

      - Berani mengemukan pendapat atau gagasan.

      - Berani mempertanyakan gagasan orang lain.

2.6  Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM
a.    Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia, selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
b.     Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.
c.     Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau  berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorga-nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
d.    Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup ( jawaban betul hanya satu).
e.    Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disaran-kan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
f.     Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Peng-gunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan ling-kungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pe-manfaatan lingkungan dapat mengembang-kan sejumlah keterampilan seperti meng-amati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.
g.    Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
h.    Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
2.7  Pengelolaan Kelas PAKEM
Seting kelas yang konstruktif didasarkan pada nilai-nilai konstruktif dalam proses belajar, termasuk kolaborasi, otonomi individu, refleksi, relevansi pribadi dan pluralisme. Seting kelas yang konstruktif akan memberikan kesempatan aktif belajar. Mengacu pada pendekatan holistik dalam pendidikan, seting kelas konstruktif merefleksikan asumsi bahwa proses pengetahuan dan pemahaman akuisisi adalah benar-benar melekat pada konteks sosial dan emosional saat belajar. Karakteristik seting kelas konstruktif untuk belajar adalah terkondisikannya belajar secara umum, instruksi, dan belajar bersama.
Lima metode kunci untuk merancang seting kelas yang konstruktif, yaitu; 1) melindungi pemelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan mengembangkan otonomi dan kontrol pemelajar, mendorong pengaturan diri dan membuat instruksi secara pribadi yang relevan dengan pemelajar, 2) menciptakan konteks belajar yang mendorong pengembangan otonomi pribadi, 3) mengkondisikan pemelajar dengan alasan-alasan belajar dalam aktivitas belajar, 4) mendorong pengaturan diri dengan pengembangan keterampilan dan tingkah laku yang memungkinkan pemelajar meningkatkan tanggung jawab dalam belajarnya, dan 5) mendorong kesadaran belajar dan pengujian kesalahan (Hadi Mustofa: 1998).
Penataan dan atau pengelolaan kelas dalam PAKEM perlu mempertimbangkan enam elemen Constructivist Learning Design (CDL) yang dikemukakan oleh Gagnon and Collay, yaitu situation, groupings, bridge, questions, exhibit, and reflections.
Situation, terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan episode pembelajaran yang akan dicapai, apa yang diharapkan setelah siswa keluar ruangan kelas, bagaimana mengetahui bahwa siswa telah mencapai tujuan, tugas apa yang diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut.
Grouping, dapat dilakukan berdasarkan karakteristik siswa atau didasarkan pada karakteristik materi. Bridge, terkait dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun siswa.
Question, pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen desain (panduan pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata pengelompokan, dan membangun jembatan), pertanyaan klarifikasi apa yang digunakan untuk menengetahui cara berpikir dan aktivitas belajar siswa. Exhibit,  bagaimana siswa merekan dan memamerkan kreasi mereka melalui demonstrasi cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau memenuhi tugas.
Reflections, bagaimana siswa melakukan refleksi dalam menyelesaikan tugas mereka, apakah siswa ingat tentang (feeling, images, and language of their thought), apa sikap, proses, dan konsep yang akan dibawa siswa setelah keluar kelas.
Dalam penerapannya, PAKEM sekurang-kurangnya mempunyai empat fase. Fase pertama adalah perencanaan, fase kedua pelaksanaan, fase ketiga penilaian, dan fase keempat tindak lanjut. Fase-fase itu menjadi standar pekerjaan pendidik dalam konteks pembelajaran. Untuk memenuhi keempat fase itu pendidik harus memiliki kompetensi pedagogik seperti yang ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.


2.8     Hipotesis Tindakan
    Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM dalam pembelajaran membaca teks sastra, kemampuan membaca teks sastra siswa kelas VII¹ SMP Negeri 18 Kendari dapat meningkat.”


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII¹ SMP Negeri 18 Kendari pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah Siswa di kelas tersebut sebanyak 34 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 20 perempuan.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan penekanan pada kualitas proses pembelajaran secara kritis dan kolaboratif. Metode ini dianggap mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar.
Dalam melakukan penelitian, peneliti bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia kelas VII¹ SMP Negeri 18 Kendari di mana peneliti melaksanakan model pembelajaran PAKEM dan guru melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, bentuk PTK yang dilaksanakan termasuk PTK kolaboratif partisipatoris. Muhajir (1997: 122) menyatakan bahwa kolaboratif adalah kerjasama antara peneliti dan guru. Partisipatoris artinya peneliti terlibat langsung mulai dari tahap awal sampai tahap akhir penelitian, di mana terjadi refleksi berkelanjutan yang dilakukan peneliti bersama guru pengamat.


3.3    Faktor yang Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, maka faktor yang diselidiki yaitu kemampuan membaca pemahaman siswa untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan setelah mengikuti pebelajaran membaca melalaui penerapan model pembelajaran PAKEM.
3.4    Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Dasar penilaian hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan adalah nilai ulangan siswa kelas  VII¹ SMP Negeri 18 Kendari pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.
Desain model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri atas empat tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
     Siklus I
a.    Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah:
1.    Mendiskusikan masalah ketidaktuntasan kemampuan membaca teks sastra siswa dengan guru bahasa Indonesia kelas VII¹ SMP Negeri 18 Kendari.
2.    Merencanakan penerapan model pembelajaran PAKEM sebagai pemecahan masalah dalam proses pembelajaran membaca.
3.    Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4.    Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan.
5.    Menyiapkan format evaluasi (penilaian).
6.    Mengembangkan formar observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi aktifitas siswa.
b.    Pelaksanaan Tindakan
1.    Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP.
2.    Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
3.    Guru menjelaskan cara-cara membaca teks sastra (puisi dan cerita anak) yang benar.
4.    Siswa memperhatikan penjelasan pembacaan beberapa teks sastra ( teks sastra: puisi dan cerita anak), kegiatan pertama.
5.    Siswa mendiskusikan hal-hal yang diperhatikan dalam pembacaan teks sastra.
6.    Guru membagikan teks sastra secara beragam kepada siswa.
7.    Siswa berlatih membacakan teks sastra secara baik dan benar. ( teks sastra telah disiapkan secara beragam).
8.    Siswa memperhatikan penjelasan pembacaan teks sastra (puisi dan cerita anak), kegiatan kedua.
9.    Siswa tampil membacakan teks sastra yang telah disiapkan.
10.    Melakukan penilaian proses selama tindakan berlangsung.
11.    Kesimpulan.

c.    Pengamatan (observasi)
1.    Melakukan observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memakai format pengamatan yang sudah disiapkan.
2.    Menilai hasil tindakan dengan menggunakan penilaian proses dan penilaian produk. Melalui penilaian proses dihasikan data tentang kemampuan membaca teks sastra siswa secara kelompok, sedangkan melalui penilaian produk dengan menggunakan tes akhir siklus dihasikan data tentang kemampuan membaca teks sastra siswa secara individu.

d.    Refleksi
1.    Peneliti dan guru pengamat melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi hasil belajar, kegiatan siswa dan kegiatan guru dari tindakan yang dilakukan.
2.    Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang rencana pembelajaran.
3.    Meperbaiki pelaksanaan  tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya
Siklus II
a.    Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut
1.    Merencanakan penerapan model pembelajaran PAKEM dalam proses pembelajaran membaca sesuai dengan hasil refleksi pada siklus 1.
2.    Menyusun rencana pembelajaran untuk kompetensi dasar membaca puisi dan cerita anak.
3.    Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan .
4.    Mempersiapkan format evaluasi.
5.    Mempersiapkan format pengamatan kegiatan guru dan format pengamatan kegiatan siswa.
b.    Pelaksanaan Tindakan
1.    Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP.
2.    Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
3.    Menentukan jenis tugas yang akan dikerjakan oleh siswa.
4.    Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok berjumlah 4 orang.
5.    Guru menjelaskan cara-cara membaca teks sastra (puisi dan cerita anak) yang benar, disertai dengan tampilan rekaman gambar melalui media LCD.
6.    Siswa memperhatikan penjelasan pembacaan beberapa teks sastra ( teks sastra: puisi dan cerita anak), kegiatan pertama.
7.    Siswa mendiskusikan hal-hal yang diperhatikan dalam pembacaan teks sastra.
8.    Guru membagikan teks sastra secara beragam kepada siswa.
9.    Siswa berlatih membacakan teks sastra secara baik dan benar. ( teks sastra telah disiapkan secara beragam).
10.    Siswa memperhatikan penjelasan pembacaan teks sastra (puisi dan cerita anak) melalui media LCD, kegiatan kedua.
11.    Siswa tampil secara berkelompok membacakan teks sastra yang telah disiapkan.
12.    siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan rekannya.
13.    Melakukan penilaian proses selama tindakan berlangsung.
14.    Kesimpulan.


c.    Pengamatan (observasi)
1.    Melakukan observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memakai format pengamatan yang sudah disiapkan.
2.    Menilai hasil tindakan dengan menggunakan penilaian proses dan penilaian produk. Melalui penilaian proses dihasikan data tentang kemampuan membaca teks sastra siswa secara kelompok, sedangkan melalui penilaian produk dengan menggunakan tes akhir siklus dihasikan data tentang kemampuan membaca teks sastra siswa secara individu.

d.    Refleksi
1.    Peneliti dan guru pengamat melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi hasil belajar, kegiatan siswa dan kegiatan guru dari tindakan yang dilakukan.
2.    Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang rencana pembelajaran.
3.    Meperbaiki pelaksanaan  tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil  analisis dan refleksi, siklus akan dihentikan apabila indikator keberhasilan telah tercapai.
3.6    Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pengamatan langsung dan teknik tes. Melalui pengamatan langsung dikumpulkan data-data tentang kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Teknik tes digunakan untuk memproleh data tentang kemampuan membaca teks sastra siswa. Tes kemampuan membaca teks sastra tersebut diberikan pada setiap akhir siklus pembelajaran.
3.7    Instrumen Penelitian
        Instrumen penelitian ini terdiri atas:
1)    Lembar pengamatan kegiatan siswa untuk siklus I dan II. Lembar pengamatan tersebut terdiri atas 14 aspek pengamatan.
2)    Lembar pengamatan kegiatan guru untuk siklus I dan II. Lembar pengamatan tersebut terdiri atas 17 aspek pengamatan.
3)    Tes akhir siklus I dan II berupa tes kemampuan membaca teks sastra yang terdiri atas 20 butir soal dan berbentuk pilihan ganda. Tes tersebut terbagi atas 10 butir soal untuk menilai kemampuan membaca teks sastra siswa pada siklus I, dan 10 butir soal untuk menilai kemampuan membaca pemahaman siswa pada siklus II.

3.8    Teknik Analisis Data
Dalam data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendiskripsikan kegiatan guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendiskripsikan skor kemampuan guru melaksanakan model pembelajaran PAKEM.
Analisis data hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa dilakukan dengan cara menghitung  jumlah skor hasil pengamatan, selanjutnya dihitung presentasenya kemudian dikonferensi ke dalam kualifikasi.
        Presentase hasil pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus :
     Jumlah skor
% =     x 100
    Skor maksimum
                   
                    (Anonim, 1994)
   
Persentase ketuntasan belajar siswa secara klafikasikal menggunakan rumus :
            Jumlah siswa yang tuntas
ketuntasan  klasikal =                              x 100
                jumlah seluruh siswa


3.9    Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini dilihat dari aspek penilaian proses dan aspek penilaian hasil sehingga data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tersebut dilihat dari proses pelaksanaan tindakan. Proses pelaksanaan tindakan ini dikatakan berhasil apabila dalam proses pembelajaran siswa memperlihatkan sikap antusias dan tindakannnya menunjukkan keaktifan, kerjasama, dan merasa tertarik membaca teks sastra dalam model pembelajaran PAKEM. Dan data kuantitatif tersebut dapat dilihat dari hasil tes performansi pada setiap siswa.
Ukuran indicator kuantitatif tersebut, ukuran ketuntasan belajar dalam penelitian ini sesuai dengan standar keberhasilan atau ketuntasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006/2007 yakni 65% katuntasan individual dan 85% ketuntasan klasikal.
»»  Baca Selengkapnya...